KELUARGA LEBIH UTAMA DARI KEKAYAAN.
Bacaan Alkitab |
Mazmur 127 : 1- 5 ; Pengkotbah 5 : 7 – 19. |
Tanggal/Warna Liturgy | 6 Oktober 2019/Hijau |
“ Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya Dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh musuh di pintu gerbang. “ ( ayat 5 ).
PENDAHULUAN.
Saudara saudara sidang jemaat yang kekasih didalam Yesus Kristus……..
Pembangunan merupakan suatu tindakan dalam proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan sempurna. Dalam kehidupan dunia sekarang ini kita mengenal adanya pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun secara pribadi. Semua pembangunan ini tentu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan. Dalam pelaksanaan pembangunan ini, tentu tidak boleh mengabaikan kepentingan keluarga atau rakyat banyak atau melanggar hak hak asasi manusia termasuk didalamnya aspek hukum dan rasa keadilan. Persoalannya sekarang, bagaimana hal ini dapat dilaksanakan.
PENDALAMAN TEKS.
Berusaha dan bekerja keras adalah kegiatan orang di waktu ini untuk membuat hidupnya berhasil, dan berbahagia. Membangun kehidupan ini bisa digambarkan dengan orang membangun sebuah rumah. Jika rumah akan dibangun, maka yang pertama dilakukan adalah merancang bangunannya, menyediakan dananya, bahan bahan bangunan dan mengerjakannya dengan sungguh sungguh sampai selesai. Di tengah dunia yang maju dan modern ini orang pun berpikir demikian, bila ia ingin hidupnya berhasil. Orang harus merencanakan kehidupannya yang akan ia bangun. Membuat berbagai persiapan, melihat berbagai kendala dan rintangan, memperhatikan berbagai peluang dan kemungkinan, kemudian bekerja dengan teratur, tekun dan bersungguh sungguh.
Namun, menurut firman Tuhan semua itu belum lengkap. Semua bisa menjadi sia sia dan tak bermamfaat. Rumah yang akan dibangun bisa menjadi rumah yang tidak memberikan ketenangan dan kedamaian kepada yang membangun, bahkan mungkin berhasil membangun rumah dan kehidupannya, namun ia bisa menjadi sia sia. Tidak dihuni dan tak dapat di mamfaatkan.
Merencanakan pembangunan rumah dan kemudian bekerja keras untuk membangunnya, atau merencanakan kehidupan ini untuk dibangun, kemudian berusaha dan bekerja dengan sungguh sungguh, tentu belumlah semuanya. Firman Tuhan katakana, kita harus bekerja dan berusaha di dalam Tuhan dan dengan Tuhan, kalau kita mau berhasil dan diberkati. Hanya Tuhanlah yang membuat kerja keras dan usaha bersungguh sungguh kita berhasil. Hanya bila Tuhan memberkati kita, baru kita dapat menikmati kehidupan yang kita upayakan dalam damai sejahtera dan kebahagiaan.
Membangun dalam Tuhan, artinya, sebagai orang percaya kita harus tahu bahwa semua kemampuan kita dan hidup ini berasal dari Tuhan, dan bukan karena kemampuan kita. Karena itu seluruh kehidupan ini harus diletakan dalam terang pemeliharaan Tuhan sendiri. Membangun kehidupan ini untuk mencapai kebahagiaan harus dilaksanakan dalam ketaatan dan kearifan yang bersumber dari iman. Iman itu lahir dari pengalaman atas peristiwa nyata lewat pekerjaan Roh Kudus, dan kemudian diwariskan kepada anak cucu lewat ibadah dan pengajaran. Iman Kristen adalah karya Roh Kudus yang bersumber dari peristiwa Yesus Kristus ( pelayanan, kematian, dan kebangkitan-Nya ). Jadi, isi kearifan itu mengandung keyakinan. Dalam pemahaman seperti inilah kita memahami perikop bacaan hari ini.
Mazmur 127 ini, adalah nyanyian ziarah yang berisi dua kearifan.
Tuhan-lah yang membangun ( ayat 1 – 2 ). Ia pula yang memberkati rumah tangga ( ay. 3-5). Oleh sebab itu, usaha manusia akan sia sia jika Tuhan sendiri tidak campur tangan didalamnya. Begitu utamanya campur tangan Tuhan, sehingga dikatakan “ sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur “. Ketika orang tidur, maka Ia tidak sadar, tidak berkehendak, dan tidak berbuat apa apa. Pada saat tidur itulah manusia berada dalam keadaannya yang paling lemah. Itulah sebabnya orang jahat biasanya sulit tidur, karena ia takut dijebak dan dilukai. Tetapi justru saat itulah Tuhan memberkati yang dikasihi-Nya.
Lewat Mazmur 127 ini, maka orang beriman kepada Tuhan memiliki kearifan bahwa sia sialah usaha manusia tanpa campur tangan Tuhan. Kalau demikian halnya, lalu, pertanyaannya ialah apa artimnya kearifan ini dalam praktek hidup kita sehari hari ?. Pertama, bagi orang beriman bekerja keras saja, demi maksud baik sekalipun, tidaklah cukup untuk dapat berhasil. Keberhasilan ditentukan oleh campur tangan Tuhan, sebab tanpa Dia segalanya akan sia sia saja. Manusia bukanlah hal yang menentukan. Oleh sebab itu manusia tidak boleh diagungkan, apalagi dipuja dan disembah. Menganggap diri penting dan menyombongkan diri sendiri sehingga tidak tergantikan adalah tanda tidak beriman, apalagi bila hal itu terjadi di jemaat. Jika disana sini kita merasakan dan melihat ada keberhasilan dalam pelayanan dan dalam keluarga, maka sikap yang tepat ialah bersyukur kepada Tuhan. Sebab Dia-lah yang memungkinkannya.
Kedua, jika kita mengharapkan agar pekerjaan kita berhasil dan tidak sia sia, maka kita seharusnya memberi tempat bagi Tuhan untuk campur tangan di dalamnya. Tuhan harus mendapat tempat yang terpenting di dalam hidup kita, yaitu ketika kita berpikir, berkata, dan berbuat apa saja. Tandanya ialah rajin berdoa, beribadah dan melakukan kehendak Tuhan kapan dan dimanapun. Tuhan-lah yang membangun rumah dan yang mengawal kota. Suatu ungkapan untuk mengatakan bahwa kehidupan berumah tangga, harus didasarkan pada keyakinan bahwa dalamnya ada campur tangan Tuhan. Bahwa Tuhan yang memulainya, terlepas dari seluruh peranan kita, dan Tuhan juga yang mengawalnya, terlepas dari semua upaya kita. Kalau tidak, maka segala jerih payah manusia akan berakhir dengan kesia siaan.
APLIKASIH FIRMAN.
Saudara saudara, hidup pada prakteknya adalah suatu perjuangan untuk meraih rejeki. Perjuangan itu bisa sukses, akan tetapi juga bisa sia sia dan gagal. Terhadap ketidak pastian ini pemazmur secara jelas mengatakan bahwa Tuhan memberikan rejeki bagi anak anaknya pada waktu mereka tidur. Artinya, bagi orang yang hidup berlandaskan Than, yang menyerahkan hidupnya dalam pengawalan Tuhan, maka Tuhan sudah mempersiapkan berkat, justru sebelum dia berusaha. Sehingga setiap usaha anak Tuhan, adalah usaha untuk meraih berkat, dan bukan untuk mencari berkat. Berkat itu sudah ada; disiapkan oleh Allah, tinggal diraih oleh anak anak-Nya.
Sejahtera pemberian Allah ini bukan sekedar menyangkut soal hari ini, melainkan juga menyangkut soal masa depan. Saudara saudara, kalau kita berbicara tentang masa depan, maka kita berbicara tentang anak anak kta. Pemazmur berbicara tentang anak anak sebagai milik pusaka dari Tuhan. Tetapi mereka harus dilihat sebagai anak panah di tangan pahlawan. Apakah mereka akan berhasil, atau gagal, sangat ditentukan oleh pembinaan terhadap mereka. Sebab anak anak adalah tolok ukur bagi kehidupan rumah tangga. Keluarga dipandang hina, tapi juga bisa dipandang mulia oleh sesamanya, ketika orang mengevaluasi anak anak dari keluarga yang bersangkutan. Mereka yang peduli dengan masa depan, membina anak anaknya. Dan mereka yang peduli dengan pembinaan anak anak sesungguhnya sedang mempersiapkan kemuliaannya sendiri. Dan kita disadarkan, bahwa tercapainya sejahtera adalah anugerah Tuhan. Karena itu kita harus mengikut sertakan Tuhan pada awal segala perkara, bahkan pada awal seluruh hari, dan meminta Tuhan mengawal kita. Sehingga sejahtera-Nya kita nikmati. Amin. ( Pdt. S.Y.R. ).