Setia Dalam Persekutuan
Bacaan Alkitab |
Lukas 24:13-35 Ibrani, 10:23-25 |
Tanggal/Warna Liturgy | 5 Mei 2019/Putih |
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan,
Jika kita membaca Alkitab, dari kitab Kejadian sampai Wahyu , atau bahkan kalau kita mau melihat perjalanan hidup kita sehari-hari, betapa sering Tuhan menunjukkan kepada kita jejak-jejak kasihNya. Dalam setiap situasi dan keadaan kita punya kesempatan besar untuk berjumpa dan menemukan Tuhan.
Tetapi ada satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak orang seperti dalam ay.16: “tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia”. Ada sesuatu yang menghalangi banyak orang untuk bisa melihat , merasakan bahkan menemukan wajah Tuhan serta jejak-jejak kasihNYA dalam peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka.
Pertanyaan untuk kita renungkan adalah: adakah sesuatu yang menghalangi kita untuk menemukan kasih Tuhan? Sesuatu yang menghalangi kita untuk menyadari bahwa Tuhan itu begitu sayang kepada kita?
Kalau kita membaca perikop dalam Lukas 24:13-35, kita dapat menemukan beberapa hal yang menjadi penghalang dua murid yang sedang berjalan menuju Emaus untuk bisa melihat, berjumpa dan merasakan kehadiran Yesus yang saat itu ada bersama mereka:
1. Ayat 21: Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari , sejak semuanya itu terjadi.
Para ,murid mengalami kekecewaan, sebab mereka mengharapkan Yesus menjadi pemimpin yang membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Mereka melihat sebuah kegagalan, bahwa harapan mereka untuk bebas dan merdeka tidak tercapai. Banyak orang menganggap Yesus gagal dan mereka kecewa dengan kenyataan bahwa Yesus kalah di kayu Salib. Para murid kehilangan harapan untuk melanjutkan perjalanan kehidupan mereka seperti yang dialami 2 orang murid ini yang sedang berjalan ke Emaus. Kekecewaan, kegagalan,atau kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan seringkali menjadi penghalang untuk dapat berjumpa dan mengalami kahadiran Tuhan.
2. Ayat 25-27: Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dilakukan padre nabi! Bukankah mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk dalam kemualiaanNya?” Lalu IA menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dlaam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Yesus menghardik murid-murid waktu itu dengan keras, kenapa? Karena yang mereka lihat hanya berfokus pada penderitan/penyaliban Yesus saja. Para murid tidak melihat apa yang sudah Yesus katakan sejak dari awal bahwa Mesias memang harus menderita dan dibalik semuanya itu ada rencana besar Allah untuk membawa masuk kita ke dalam kemuliaan jalan Keselamatan yang dibuat olehNya.
3. Ayat 30-32: Waktu Ia duduk makan dengan mereka, ia mengambil roti , mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan nya, dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka, dan mereka pun mengenal Dia , tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: “ Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?.
Ini adalah sebuah peristiwa dimana murid-murid menyadari kehadiran Tuhan, ketika mereka mengingat apa yang dahulu pernah dilakukan Yesus semasa Ia bersama-sama dengan mereka. Kenangan-kenangan di masa lalu yang bisa membuat hati kita berkobar-kobar. Tindakan Yesus memecahkan roti dan mengucap berkat mengingatkan mereka akan apa yang pernah Yesus lakukan selama mereka bersama-sama. Bila hati kita bergumul , temukanlah kebaikan-kebaikan Tuhan yang pernah dinyatakanNYA dalam hidup kita. Itulah yang menguatkan kita.
Penghalang, selalu memiliki kekuatan untuk melawan kekuatan kita untuk berjumpa dengan Tuhan. Dan ada kalanya kita tidak memiliki kekuatan untuk meruntuhkan penghalang kita. Disinilah kita menyaksikan kekuatan yang besar dari iman kita dan relasi yang dekat dengan denganNYA. Sebab kita meyakini bahwa bukan hanya kita yang berjuang untuk menjumpai Tuhan. Akan tetapi, jauh lebih penting adalah Tuhan sendiri yang datang menghampiri kita yang sudah tak berdaya ini untuk misi penyelamatan. Inilah relasi persekutuan yang bersifat vertical. Allah berjalan bersama kita, Ia mengundang kita untuk mengenalNya, Ia membimbing pada kebenaran yang seutuhnya dalam terang FirmanNya .
Pengenalan akan Kristus adalah sebuah perjalanan spiritualitas yang mengubah pikiran yang gelap menuju pikiran yang lebih terang, murni dan jelas. Dan dalam kembara dunia ini, kita tidak berjalan sendiri, tetapi sebuah perjalanan dalam relasi persekutuan yang dekat dengan Kristus dan sesama kita. Dalam relasi persekutuan yang bersifat horisontal seperti inilah nasihat untuk saling memperhatikan (katanoeo) menjadi penting. Pada bagian sebelumnya, Penulis Surat Ibrani menasihatkan mereka untuk memperhatikan Kristus (Ibr 3:1). Sekarang objek perhatian tersebut adalah sesama orang percaya (Ibr 10:24a )“..saling memperhatikan” dan tidak hanya dilakukan sesekali saja, tetapi “..semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (ay.25c).
Kesetiaan dalam membangun relasi dan persekutuan dengan Tuhan (vertical) dan sesama(horizontal) merupakan sebuah proses spiritual pemuridan dimana kita bertumbuh dan berakar dalam iman dan pengetahuan yang benar tentang Kristus yang mengubah keputusasaan berubah menjadi perayaan sukacita, mengubah kebodohan menjadi menjadi cerdas rohani sehingga menghasilkan relasi persekutan dengan orang lain yang saling menopang, mendorong, dan membangun dalam kasih. Amin. (TMM)