Bersukacita Dalam Penderitaan

Bacaan Alkitab

1 Petrus 4: 7-19

Matius 5: 9-12

Tanggal/Warna Liturgy 17 Maret 2019/Ungu (Minggu Sengsara III)

PENDAHULUAN

       Saudara-saudara yang kekasih, jika kita diberi hadiah rumah oleh seorang yang kaya raya atau diberikan mobil atau barang berharga lainnya, tentu kita sangat gembira dan bahagia. Kegembiraan yang sama ketika kita mendapatkan promosi jabatan atau mendapat kepercayaan untuk menduduki jabatan yang tinggi di satu instansi. Hal-hal yang demikian sangatlah wajar bagi kita sebagai manusia. Namun bagi kita orang percaya, kegembiraan yang seperti itu apakah dapat disebut sukacita? Jika demikian adanya, bagaimana jika kita ditimpa berbagai-bagai masalah, misalnya; tidak ada yang memberi hadiah malah bencana yang kita dapat dan di pihak lain pada saat yang mungkin bersamaan perusahaan tempat kita bekerja malah memberhentikan (PHK) kita dari pekerjaan yang menjadi gantungan hidup kita selama ini, apakah itu dapat disebut sukacita?

            Kita akan mengalami kesulitan jika kita selalu beranggapan bahwa sukacita itu sama atau identik dengan kegembiraan atau yang membuat kita senang. Kesulitannya adalah bahwa kita kurang bisa menerima hal itu sebagai bagian dari sukacita ketika kita tidak gembira atau membuat kita senang. Di sinilah kita perlu perspektif yang berbeda dalam memandang sukacita, yaitu; perspektif Alkitab sebagai tuntunan kita orang percaya. Hal ini menjadi penting agar kita dapat memahami tema kita minggu ini yakni Bersukacita Dalam Penderitaan. Oleh karena itu melalui bacaan dari 1 Petrus 4: 7-18 & Matius 5: 9-12, kita akan merenungkan, memahami dan melakukan bersama pesan Firman Tuhan itu oleh pertolongan Roh Kudus. Mari kita lihat dengan seksama kedua nats tersebut.

ISI

            Dalam tulisannya, Petrus memperlihatkan pada kita semua bagaimana situasi yang tengah dihadapi antara lain; resiko sebagai pengikut Kristus, dimana penderitaan senantiasa membayangi keberadaan orang percaya. Oleh karenanya, orang Kristen harus bertahan dalam imannya ketika menghadapi penderitaan tersebut karena ada kekuatan dari Tuhan Yesus Kristus yang lebih dahulu mengalami penderitaan dan siksaan akibat dosa manusia. Inilah satu-satunya kekuatan orang Kristen, hanya ada di dalam Yesus Kristus. Oleh karenanya, orang Kristen harus hidup dengan tenang dan menguasai diri (ayat 7), artinya; bahwa hidup harus senantiasa berdoa karena akhir zaman sudah mendekat, sehingga dibutuhkan ketenangan dan penguasaan diri. Tujuannya adalah agar doa-doa setiap orang percaya dapat benar-benar terarah dan fokus pada Allah di dalam Yesus Kristus dan menghadapi kehidupan di akhir zaman dengan hanya berpengharapan hanya pada Kristus.

            Pada bagian berikutnya, sang Rasul mengingatkan orang percaya bahwa kasih itu harus nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan memberi pertolongan dengan ikhlas pada orang yang membutuhkan, saling melayani sesuai dengan karunia yang telah diberikan dan menampilkan integritas diri sebagai orang Kristen yang sesungguhnya karena ketika berbicara kepada orang seperti menyampaikan Frman Tuhan yang adalah kebenaran itu sendiri dan semua hal ini tercermin dalam ayatnya yang ke-8 sampai dengan ayatnya yang ke-11. Di sinilah Kristus sebagai teladan hidup bagi orang Kristen dalam menjalankan kasih kepada semua orang.

            Sedangkan di dalam bagian ayatnya yang 12-19, Petrus ingin pembacanya memahami bahwa mengikut Kristus ada harga yang harus dibayar (resiko iman). Bahwa akan nada penderitaan di dalam relaita kehidupan Kristen dan dalam peziarahan spiritual kita. Jika semua orang di dunia ini tidak terkecuali orang Kristen akan mengalami penderitaan, maka bukan pada bentuk dan isi (content) dari penderitaan itu yang menjadi signifikan melainkan bagaimana kita merespon, baik dalam bersikap dan bertindak. Bersikap timbul dari apa yang dipahami tentang penderitaan sehingga melalui apa yang dipahami, itulah yang akan nantinya dilakukan. Inilah yang membedakan, yaitu perspektif orang percaya dalam memandang penderitaan, sehingga pertanyaan menggelitiknya adalah; perspektif seperti apa yang Petrus tawarkan dalam bagian Firman Tuhan ini?

            Petrus menawarkan satu perspektif berbeda dengan yang dunia tawarkan dalam memandang penderitaan. Jika dunia menawarkan bahwa penderitaan itu akibat dari perbuatan manusia itu sendiri, maka manusia itu sendiri yang harus mencari jalan keluarnya sendiri. Namun celakanya, jalan keluar yang manusia ambil adalah melalui yang dunia tawarkan, yaitu; kesenangan semu sampai tindakan yang fatal karena depresi. Sebagai contoh; jika seseorang itu miskin, maka dorongan untuk berbuat jahat tidak jarang yang dipilih atau mengakhiri hidup yang telah Tuhan anugerahkan ini. Tidaklah demikian yang Petrus maksudkan dalam bagian ini. Petrus memberikan perspektif baru dalam ini dengan memberikan satu ungkapan bahwa orang Kristen harus bersukacita jika pada kita ditimpakan penderitaan oleh karena nama Kristus (ayat 13 & 14). Hal ini sepertinya aneh bagi perspektif dunia, namun tidak bagi orang percaya, karena Petrus memperlihatkan bahwa hal itu sebagai bagian dalam penderitaan Kristus (ayat 13) karena Krsitus terlebih dahulu merasakannya. Bahkan orang percaya harus berbahagia jika dinista oleh karena nama Kristus, mengapa demikian?karena penderitaan yang sedang dialami menyatakan bahwa kita anak Allah yang akan dimuliakan pada saat Kristus menyatakan kemuliaan-Nya kelak (ayat 14). Inilah pengharapan dalam penderitaan.

Di samping itu, ada Roh Allah pada diri setiap orang Kristen sehingga mampu menghadapi penderitaan oleh karena nama Kristus dengan arif dan bijaksana dan jangan malu namun terus memuliakan Allah dalam nama Kristus (ayat 14 & 16). Hal ini yang membedakan jika kita melakukan hal-hal yang tidak baik, misalnya; membunuh, mencuri, berbuat jahat atau sebagai pengacau, dimana hal-hal itu harus membuat kita malu karena melakukan hal-hal tersebut tidak diperintahkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Petrus juga menambahkan bahwa dengan penderitaan yang orang Kristen alami oleh karena nama Kristus, maka harus menyerahkan jiwanya dengan selalu berbuat baik kepada Sang Pencipta yang setia. Artinya; di dalam penderitaan, orang Kristen harus menunjukkan perbuatan baiknya lebih sungguh lagi kepada Tuhan sebagai bukti iman percayanya kepada Yesus Kristus sang juruselamat.

Melalui perspektif Petrus ini, dapat kita pahami bahwa bersukacita dan berbahagia jika kepada kita orang percaya ditimpakan penderitaan oleh karena nama Kristus sebagai respon iman kita, hal ini dikarenakan ada pengharapan akan kemuliaan kekal kelak dan ada Roh Allah yang akan memapukan kita menghadapi berbagai penderitaan. Hal ini sejalan dengan yang Paulus maksudkan bahwa orang percaya harus bersukacita senantiasa (1 Tesalonika 5:16), artinya; di dalam segala keadaan harus tetap bersukacita. Bahwa Penderitaan, kemiskinan dan bahaya atau diancam oleh pedang atau kuasa-kuasa dan sesuatu makhluk lainpun, tidak dapat memisahkan orang percaya dengan kasih Kristus yang lebih besar dari semua itu (Roma 8:35 & 39). Matiuspun dalam tulisannya tentang ucapan bahagia menekankan bahwa berbahagiala jika karena nama Kristus kita dicela, dianiaya dan difitnakan segala yang jahat dan bersukacita dan bergembiralah karena upah kita besar di sorga (Matius 5:10-12). Ada upah yang menanti kita di sorga dan melalui penderitaanlah kita menjadi kuat dan semakin teguh dalam iman.  

             

APLIKASI

            Hari ini, siapa sih yang tidak mengalami pergumulan hidup? kesulitan hidup? namun banyak dari orang Kristen yang lari dari kenyataan hidup yang sulit dengan mencari kesenangan semu karena tidak mau kembali pada Bapa yang penuh kasih menerima kembali anak bungsu yang telah memberontak terhadapnya (kisah anak yang hilang dalam Lukas 15:11-32). Kembali pada Bapa di dalam Yesus Kristus adalah bukti iman yang sejati agar kita diberikan sukacita yang sesungguhnya sehingga mampu memiliki perpektif baru dalam memandang pada penderitaan.

Dalam realita kehidupan kita, faktanya kita seringkali gagal bersukacita dalam penderitaan karena kita hanya mau mendengarkan suara diri kita yang egois dan tidak mau mendengarkan suara Roh Kudus yang ada dalam hati kita. Oleh karena itu, sekarang marilah kita dengan rendah hati mendengarkan suara Roh Kudus yang diam di dalam kita orang percaya. Roh Kudus yang mengingatkan, menegurkan dan menghibur kita di kala mengalami berbagai-bagai kesulitan dan penderitaan. Roh Kuduslah yang akan menguatkan kita untuk bangkit dari keterpurukkan oleh karena pergumulan hidup yang berat sekalipun. Amin (Ev. YT)

Membagikan

Dorongan Anda sangat berharga bagi kami

Cerita Anda membantu mewujudkan situs web seperti ini.