PH 10 Maret 2019

Hikmat Allah VS Hikmat Dunia

Bacaan Alkitab

Yakobus 3:13-18

Tanggal/Warna Liturgy 10 Maret/Ungu (Minggu Sengsara II)

PENDAHULUAN :

Sidang jemaat yang kekasih di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Hikmat yang juga dikenal sebagai kebijaksanaan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan umat manusia. Tanpa hikmat seseorang bisa saja salah jalan, oleh sebab itu tidak mengherankan apabila setiap manusia selalu ingin memiliki hikmat dan kebijaksanaan itu.

Kebanyakan orang berpikir bahwa hikmat itu dapat dibeli dan dimiliki dengan jalan belajar sampai tingkat tertinggi dan di tempat yang hebat, sehingga orang berlomba-lomba untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik dan berusaha mendapatkan nilai akademis yang tertinggi. Memang tidak ada salahnya jika seseorang belajar sampai setinggi-tingginya, namun yang harus kita pahami bahwa kemampuan akademis/intelektual tidaklah identik dengan yang namanya hikmat. Selain itu juga, kebanyakan orang mempunyai pandangan bahwa orang yang memiliki hikmat dinilai dari tuanya usia atau banyaknya gelar akademis yang dimilikinya, padahal pandangan ini pun belum tentu benar.

Hikmat adalah karunia rohani yang diberikan Allah secara cuma-cuma kepada setiap manusia yang meminta dan hidup berkenan kepadaNya. Hikmat memang harus terus menerus dicari, diperjuangkan dan dilatih, namun cara untuk mendapatkan hikmat dan pandangan tentang hikmat/kebijaksanaan yang keliru, itu yang harus dibetulkan.

Peristiwa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di beberapa daerah yang menyebabkan terjadinya pertikaian antar etnis atau budaya, semuanya itu berawal dari kesombongan, iri hati, dengki, mementingkan diri sendiri, masing-masing menganggap diri paling benar dan paling berhak. Bila hal-hal ini berasal dari dalam hati manusia maka dapat dipastikan bahwa di sana akan terjadi kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Ditambah lagi dengan campur tangan pihak luar yang bertopeng sebagai orang yang berhikmat, bukannya mendamaikan tetapi justru tambah memperkeruh suasana. Nah di disinilah kita dapat menilai hikmat yang sesungguhnya seperti yang berlaku di tengah-tengah kekacauan ini.

PENDALAMAN TEKS/ TAFSIRAN

Hikmat Allah berlawanan dengan hikmat dunia. Dalam perikop ini Yakobus memaparkan tentang dua macam hikmat, hikmat yang berasal dari dunia (ayat 14 dan 15) dan hikmat yang berasal dari Allah (ayat 17). Melalui pemaparan ini, Yakobus mengingatkan bahwa orang yang berhikmat tidak akan mendatangkan kekacauan apalagi menciptakan perselisihan dan pertikaian di tengah-tengah masyarakat. Mereka hidup dalam kedamaian, jauh dari perselisihan, karena masing-masing menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan sikap lemah lembut. Sebaliknya orang-orang yang menyepelekan hikmat Allah dan berpegang pada hikmat dunia adalah orang-orang yang jiwanya dipenuhi kesombongan, iri hati, dengki, bertindak seolah-olah membela kebenaran tetapi sebenarnya memanipulasi kebenaran. Tidak hanya itu mereka juga hidup dalam perselisihan, seluruh hidupnya dipenuhi oleh keinginan-keinginan untuk berbuat jahat. Hikmat Allah menuntun seseorang untuk memiliki kemurnian hati, menyadari akan kebaikan-kebaikan Allah dalam hidupnya, menjadi pelaku firmanNya dan menjaga hidupnya benar sesuai dengan kehendak Allah.

Perbedaan hikmat surgawi dan hikmat duniawi terletak pada sumber dan hasilnya. Perbedaan sumber mengakibatkan perbedaan motivasi dan motivasi hikmat sorgawi adalah kelemahlembutan. Motivasi hikmat duniawi adalah iri hati, mementingkan diri, memegahkan diri, dan dusta melawan kebenaran. Hikmat duniawi berasal dari nafsu manusia dan setan-setan. Dampaknya adalah kekacauan dan segala perbuatan jahat. Sedangkan hikmat surgawi ditandai dengan kemurnian hati, yang terdiri dari tujuh sifat dan perbuatan, yaitu pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Ada kemungkinan angka tujuh dipakai Yakobus untuk melambangkan sifat yang menciptakan kesempurnaan. Hikmat sorgawi bersumber dari Tuhan Yesus sebagai kebenaran, dampaknya adalah damai bagi mereka yang mengadakan damai.

Dari penjelasan di atas, tidak sukar untuk menilai pakah perbuatan seseorang berasal dari hikmat Allah atau hikmat duniawi. Banyak pribadi atau keluarga, jemaat, persekutuan, pelayanan dan bermasyarakat menjadi berantakan disebabkan tindakan yang tidak berdasarkan hikmat sorgawi, misalnya mementingkan diri sendiri. Mementingkan diri sendiri  disebut pula selfish atau juga egois, yang dalam kamus “Webster” didefinisikan sebagai memperhatikan diri sendiri secara tidak pantas atau secara berlebih-lebihan, mendahulukan kenyamanan dan keuntungan diri sendiri tanpa memperhatikan atau dengan mengorbankan kenyamanan dan keuntungan orang lain. Orang yang mementingkan diri sendiri juga cenderung mudah marah, tersinggung serta tidak bisa menguasai diri; Orang yang mementingkan diri sendiri pasti sulit menjalin kerjasama dengan orang lain sebagai anggota tim dalam menyelesaikan sebuah tugas; dan orang yang mementingkan diri sendiri memiliki kecenderungan menghakimi dan mencela orang lain karena menganggap diri sendiri paling benar dan tidak pernah salah. Kendati demikian tidak sedikit orang Kristen yang meremehkan dosa seperti mementingkan diri sendiri sebagai hal yang sepele. Padahal bila melihat dampak yang ditimbulkannya, yakni kekacauan dan segala perbuatan jahat, sudah seharusnya orang Kristen menjauhi dosa ini.

PENUTUP :

Sidang Jemaat yang kekasih di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Oleh karena itu, bila orang ingin dipenuhi damai sorgawi, perbuatannya pun harus berasal dari hikmat surgawi, yakni hikmat yang bersumber dari karya pembaharuan Tuhan Yesus dan teladan hidupNya.

Mintalah dan milikilah hikmat yang berasal dari Allah. Hikmat Allah bersifat murni, pendamai, peramah, penurut, dan penuh belas kasihan. Hikmat ini pula yang akan menuntun kita untuk memiliki cara hidup yang baik dan dapat menyatakan perbuatan hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Dengan demikian kita dimampukan menjadi seorang juru damai dan pembawa kebenaran di dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan di manapun kita berada.

Demikian Firman Tuhan. Kiranya menjadi berkat di dalam kehidupan kita. Terpujilah Yesus Kristus. Amin. (EB)

Membagikan

Dorongan Anda sangat berharga bagi kami

Cerita Anda membantu mewujudkan situs web seperti ini.